Rabu, 25 Agustus 2010

Evolusi Omah Jowo


Arsitektur Tradisional dari ilmu Wong Kalang dengan bangunan pokok :
  • Panggang-pe (atap sebelah sisi) : sebagi warung, garasi, pos ronda.
  • Kampung (atap 2 belah sisi & 1 bubungan tengah) : sebagai tempat tinggal.
  • Limasan (atap 4 sisi dg dudur & 1 bubungan tengah) : sebagai tempat tinggal dgn penambahan emper/  serambi, serta beberapa ruangan akan tercipta bentuk-bentuk sinom, kutuk ngambang, lambang gantung, trajumas
  • Joglo/ Tikelan (4 Soko Guru, atap 4 sisi & 1 bubungan) : Soko guru berpemidangan (aleng) & blandar tumpang sari. Sebagai pendopo & tempat tinggal (dalem).
  •  Tajug/ Masjid (Soko Guru atap 4 sisi, tanpa bubungan, jadi meruncing) : tempat suci untuk masjid, makam, istana raja.
    Gereja Puh Sarang
  • Doro Gepak (bagi orang tak mampu : atap mirip burung dara terbang)

Jumat, 13 Agustus 2010

Arsitektur Bali





'Kompleks'
Arsitektur Tradisional Bali lahir dari suatu tradisi, kepercayaan dan aktifitas spiritual masyarakat Bali yang diwujudkan dalam berbagai bentuk fisik.

Pekarangan luas, datar dan berdinding terbuka dapat menampung beberapa massa dengan pola komunikatif, seperti bale daja (u/ tamu penting), bale dauh (ruang tidur tamu dari kalangan biasa), bale dangin (upacara), dapur, jineng (lumbung), dan padmasana (pemujaan).

Bahan bangungan juga mencerminkan status sosial pemiliknya. spt dinding popolan (speci tanah liat) dan untuk masyarakat kurang mampu. Sedangkan dinding bata untuk golongan raja/ brahmanan.

Kamis, 12 Agustus 2010

Rumah Panggung

Hubungan manusia dan alam digambarkan pada bentuk 'Rumah Panggung' sehingga terwujud bentuk bagian bawah sebagai dunia bawah (hewan buas, bencana alam banjir), sementara bagian badan rumah sebagai tempat tinggal manusia, dan atap sebagai tempat bersemayamnya para leluhur dan dewa (puncak gunung).